Jumat, 02 Desember 2011

Untuk Mamaku

Selama ini apa yang kau katakan dan kau larang
itu adalah hal yang terbaik untuk ku,
Engkau selalu ada untuk ku
Engkau adalah teman ku,
yang selalu mendengarkan cerita-cerita ku.
yang selalu ada saat aku membutuhkan seseorang.
engkau selalu berkorban untuk ku.
Cinta mu untuk ku adalah cinta yang tulus
Cinta yang sejati, cinta yang murni
mama aku mencintai mu dan selalu mencintai mu
Aku tidak akan pernah melupakan mu.
I love you mom

Sistem Pakar Dalam Bidang Kedokteran


contoh sederhana dari penerapan sistem pakar dalam bidang kedokteran, yaitu diagnosis penyakit berdasarkan gejala-gejala dan beberapa solusi untuk penyembuhannya. Dalam keseharian kita, terdapat beberapa penyakit dengan gejala yang hampir mirip, sebagai contoh influenza, tipus, dan maag. Untuk dapat melakukan diagnosis dengan benar, terlebih dahulu kita harus mengetahui gejala-gejala dari penyakit tersebut. Beberapa gejala yang mungkin timbul dari ketiga jenis penyakit tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Kepala pusing;
  2. Suhu badan tinggi;
  3. Batuk dan pilek;
  4. Badan lemas;
  5. Demam lebih dari tiga hari;
  6. Hasil cek darah menunjukkan positif salmonella paratipii
  7. Nyeri pada ulu hati;
  8. Nyeri pada lambung.
Sedangkan obat yang kami sarankan sebagai solusi untuk mengobati penyakit tersebut meliputi:
  1. Paracetamol;
  2. Antibiotik;
  3. Multivitamin;
  4. Obat anti mual;
  5. CTM (obat tidur).
Dari gejala-gejala tersebut kita dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
  • Jika gejala yang timbul adalah 1, 2, dan 3 maka dia menderita influenza dan solusi obatnya adalah a, b, dan c.
  • Jika gejala yang timbul adalah 1, 4, 5, dan 6 maka dia menderita tipus dan solusi obatnya adalah a, b, c, d, dan e.
  • Jika gejala yang timbul adalah 1, 7, dan 8 maka dia menderita maag dan solusi obatnya adalah a, b, c, dan d.
Dengan menggunakan sistem pakar ini kita dapat melakukan diagnosis penyakit influenza, tipus, dan maag sehingga kita dapat melakukan pertolongan pertama pada penderita penyakit tersebut.

KASUS PADA KOMPUTER LOKAL (TUNING) DENGAN TES MEMORI

Pengukuran Kinerja Komputer dan Permasalahannya
Tulisan berikut ini akan mengulas salah satu benchmark yang banyak dipergunakan, yakni SPEC, yang dikembangkan oleh System Performance Evaluation Corporation. Uraian tentang benchmark SPEC ini dimaksudkan untuk menjelaskan cara pengukuran kinerja komputer dengan membandingkan waktu eksekusi yang diperlukan oleh suatu komputer untuk satu program tertentu dengan waktu eksekusi pada komputer rujukan. Pada bagian berikutnya diuraikan mengenai kelemahan pengukuran kinerja berbasis 'waktu eksekusi program' tersebut dan alternatif lain yang dapat dilakukan untuk memperbaiki pengukuran kinerja komputer tersebut.
SPEC95
Sebagai upaya untuk mendapatkan tolok-ukur baku agar dapat membandingkan kinerja berbagai sistem komputer, sekelompok perusahaan besar antara lain: DEC, Hewlett-Packard, IBM, Intel, dan Sun sepakat membentuk lembaga non-profit yang diberi nama System Performance Evaluation Corporation (Sharp dan Bacon, 1994:66; Reilly, 1995). Lembaga ini ditugasi untuk mengembangkan dan memberi dukungan terhadap pembakuan benchmark kinerja komputer.
Sebelum membuat program untuk mengukur kinerja komputer, SPEC telah mempelajari sejumlah program yang umum dipakai, menganalisis algoritma dan bahasa mesinnya, menentukan cara mengukur kinerja komputer, dan menentukan rumusan untuk membuat rerata skor kinerja komputer dari skor-skor yang diperoleh masing-masing elemen benchmark. Benchmark SPEC terdiri atas dua kelompok program. Satu kelompok merupakan program-program yang dititik-beratkan pada operasi atas bilangan integer dan satu kelompok lainnya dititikberatkan pada operasi atas bilangan floating-point.
Perangkat benchmark pertama yang dibuat diperkenalkan pada tahun 1989, karenanya disebut SPEC89. Pada tahun 1992 dimunculkan versi baru, dan dengan demikian SPEC89 tidak digunakan lagi. SPEC92 terdiri atas 20 program yang terbagi menjadi dua kelompok, yakni untuk operasi bilangan integer dan untuk operasi bilangan floating-point. Saat ini, SPEC92 juga sudah tidak digunakan lagi karena telah dimunculkan perangkat benchmark baru yakni SPEC95. Pada SPEC95 ini, komputer rujukan yang digunakan sebagai pembanding berubah dari semula VAX-11/780 menjadi Sun SPARCstation 10/40. Dengan demikian, bila dikatakan skor SPECint95 adalah 5.0, maka berarti sistem yang diuji 5 kali lebih cepat dibanding Sun SPARCstation 10/40.
SPEC95, yang diperkenalkan pada bulan Agustus 1995, merupakan perangkat benchmark yang terdiri atas dua bagian, yakni CINT95 (ditulis dalam bahasa C) dan CFP95 (ditulis dalam bahasa Fortran). CINT95 merupakan bagian dari perangkat SPEC95 yang mengukur kinerja komputer terhadap operasi bilangan integer, yang diasumsikan mewakili program aplikasi bisnis. Bagian lain, yakni CFP95, mengukur kinerja komputer terhadap operasi bilangan floating-point yang diasumsikan mewakili program aplikasi ilmiah-numerik.

Kamis, 10 November 2011

Peristiwa 10 November 1945

Peristiwa 10 November adalah peristiwa bersejarah di Indonesia. Pada tanggal 10 November inilah akhirnya ditetapkan sebagai Hari Pahlawan. Pertempuran Surabaya ini adalah peristiwa sejarah perang antara tentara Indonesia dan pasukan Belanda. Perang ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan. Selain itu merupakan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.
Korban yang tewas sedikitnya 6,000 pejuang dari pihak Indonesia dan 200 ribu rakyat sipil mengungsi dari Surabaya. Korban pasukan Inggris dan India sekitar 600 orang. Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan.
Brigadir Jenderal Aubertin Mallaby Salah satu peristiwa yang terkenal adalah terbunuhnya Mallaby. Terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby (pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur), pada 30 Oktober 1945 sekitar pukul 20.30. Mobil Buick yang ditumpangi Brigadir Jenderal Mallaby berpapasan dengan sekelompok milisi Indonesia ketika akan melewati Jembatan Merah. Kesalahpahaman menyebabkan terjadinya tembak-menembak yang berakhir dengan tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby oleh tembakan pistol seorang pemuda Indonesia yang sampai sekarang tidak diketahui identitasnya, dan terbakarnya mobil tersebut terkena ledakan granat yang menyebabkan jenazah Mallaby sulit dikenali.
Mobil Buick Brigadir Jenderal Mallaby yang meledak di dekat Gedung Internatio dan Jembatan Merah Suraba Kematian Mallaby ini menyebabkan pihak Inggris marah kepada pihak Indonesia dan berakibat pada keputusan pengganti Mallaby, Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh untuk mengeluarkan ultimatum 10 November 1945 untuk meminta pihak Indonesia menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan pada tentara AFNEI dan administrasi NICA. Memang terbunuhnya seorang Jenderal melanggar peraturan perang, namun saat itu Indonesia memang tidak terkoordinir dan murni dari jiwa perlawanan rakyat.
Insiden Hotel Yamato

Setelah munculnya maklumat pemerintah Indonesia tanggal 31 Agustus 1945 yang menetapkan bahwa mulai 1 September 1945 bendera nasional Sang Saka Merah Putih dikibarkan terus di seluruh wilayah Indonesia, gerakan pengibaran bendera tersebut makin meluas ke segenap pelosok kota Surabaya. Klimaks gerakan pengibaran bendera di Surabaya terjadi pada insiden perobekan bendera di Yamato Hoteru / Hotel Yamato (bernama Oranje Hotel atau Hotel Oranye pada zaman kolonial, sekarang bernama Hotel Majapahit) di Jl. Tunjungan no. 65 Surabaya.
Foto Orasi Bung Tomo Sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch. Ploegman pada sore hari tanggal 18 September 1945, tepatnya pukul 21.00, mengibarkan bendera Belanda (Merah-Putih-Biru), tanpa persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya, di tiang pada tingkat teratas Hotel Yamato, sisi sebelah utara. Keesokan harinya para pemuda Surabaya melihatnya dan menjadi marah karena mereka menganggap Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia, hendak mengembalikan kekuasan kembali di Indonesia, dan melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya.
Tak lama setelah mengumpulnya massa di Hotel Yamato, Residen Soedirman, pejuang dan diplomat yang saat itu menjabat sebagai Wakil Residen (Fuku Syuco Gunseikan) yang masih diakui pemerintah Dai Nippon Surabaya Syu, sekaligus sebagai Residen Daerah Surabaya Pemerintah RI, datang melewati kerumunan massa lalu masuk ke hotel Yamato dikawal Sidik dan Hariyono. Sebagai perwakilan RI dia berunding dengan Mr. Ploegman dan kawan-kawannya dan meminta agar bendera Belanda segera diturunkan dari gedung Hotel Yamato. Dalam perundingan ini Ploegman menolak untuk menurunkan bendera Belanda dan menolak untuk mengakui kedaulatan Indonesia.
Perundingan berlangsung memanas, Ploegman mengeluarkan pistol, dan terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan. Ploegman tewas dicekik oleh Sidik, yang kemudian juga tewas oleh tentara Belanda yang berjaga-jaga dan mendengar letusan pistol Ploegman, sementara Soedirman dan Hariyono melarikan diri ke luar Hotel Yamato. Sebagian pemuda berebut naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda. Hariyono yang semula bersama Soedirman kembali ke dalam hotel dan terlibat dalam pemanjatan tiang bendera dan bersama Koesno Wibowo berhasil menurunkan bendera Belanda, merobek bagian birunya, dan mengereknya ke puncak tiang bendera kembali sebagai bendera Merah Putih.
Setelah insiden di Hotel Yamato tersebut, pada tanggal 27 Oktober 1945 meletuslah pertempuran pertama antara Indonesia melawan tentara Inggris . Serangan-serangan kecil tersebut di kemudian hari berubah menjadi serangan umum yang banyak memakan korban jiwa di kedua belah pihak Indonesia dan Inggris, sebelum akhirnya Jenderal D.C. Hawthorn meminta bantuan Presiden Sukarno untuk meredakan situasi.
By : warung bebas

Minggu, 30 Oktober 2011

Ivonne (3)

”Selamat datang Mr. Theofilus Lundenberg. Saya Ivonne Christabelle, personal assistant Anda selama berada di Jakarta,” ujarnya, dengan gaya profesional.

”Hai, Ivi...,” sapanya, masih tetap sambil tersenyum ramah.

Ivonne mengernyit. Tidak suka dengan nama panggilan yang didengarnya. Itu panggilan kesayangan Ivonne. Panggilan   khusus orang tuanya....

Ivonne menahan diri untuk tidak berkomentar. Bagaimanapun, Theofilus Lundenberg adalah bosnya. Setidaknya, selama dia berada di Jakarta. Dan, seorang bos sebaiknya tidak dibantah.

”Silakan, Mr Theofilus Lundenberg. Lewat sini...,” Ivonne memimpin jalan menuju tempat parkir.

”Panas sekali, ya, Jakarta,” kata Theo, sambil mengipas-ngipas. ”Sudah lama saya tidak ke Jakarta. Seingat saya, terakhir kali saya ke sini adalah dua tahun yang lalu. Mengunjungi nenek saya.” Theo tersenyum.

Ivonne hanya tersenyum tipis. Berusaha tetap terlihat profesional.

“Saya ingin check in di hotel sebentar. Hanya untuk menaruh barang bawaan saja. Kamu bawa bahan untuk meeting nanti, Ivi?”
Ivonne mengernyit lagi, panggilan itu! Perlahan –berusaha agar tidak terlalu kentara– dia menepuk punggung tangannya tiga kali, lalu mengeluarkan bahan meeting untuk siang nanti.

“Ini bahannya, Mr. Theofilus Lundenberg.”

“Just call me, Theo,”  ujarnya. Suasana sejenak hening. Theo tampak serius mempelajari bahan meeting.

Ivonne diam-diam menarik napas lega. Lega karena Theo tampak serius membaca dan untuk beberapa waktu tidak akan bercakap-cakap dengannya.

*****
Theo tersenyum kecil. Hanya butuh waktu sebentar untuk mempelajari bahan meeting siang nanti. Diam-diam dia memperhatikan gadis berpakaian gelap di sebelahnya. Wajahnya cantik, hanya tampak jarang tersenyum. Rambutnya digelung ketat. Bahasa tubuhnya tampak kaku dan konservatif. Selama dia mempelajari bahan meeting, gadis ini mengarahkan pandangannya ke luar jendela. Tampak lega. Tadi, dia sempat menangkap gerakan kecil gadis itu ketika menepuk punggung tangannya tiga kali.

Pak Darmawan Sejati, CEO PT Kimia Utama, sudah mengatakan bahwa yang akan menjadi asisten pribadinya selama dia berada di Jakarta, adalah seorang gadis yang teliti, cekatan, dan profesional. Hmm... Pak Darmawan tidak mengatakan bahwa asisten pribadi ini juga cantik dan... pendiam.

Mobil meluncur pelan, membelah jalan Jakarta yang sudah mulai padat. Empat hari lamanya Theo akan berada di Jakarta. Mensosialisasikan produk kimia terbaru keluaran Chemical International Coorporation. Dia juga akan berkeliling, menemani sales engineering dari PT Kimia Utama, menyambangi customer dari PT Kimia Utama. Dia sangat bersemangat menerima tugas ke Jakarta. Kota kelahiran Oma Rima, neneknya. Kalau ada waktu, dia akan berkunjung ke rumah Oma Rima. Sudah lama sekali dia tidak bertatap muka dengan nenek tersayangnya itu.

Mobil berbelok, masuk ke sebuah hotel.

“Sudah sampai, Mr. Theofilus Lundenberg,” suara Ivonne membuyarkan lamunannya.

Theo tersenyum, merespons perkataan Ivonne. Dia memperhatikan gadis itu mengetukkan ujung kakinya cepat-cepat sebelum melangkah keluar. Tuk tuk tuk. Tiga kali.
Aneh...

Ivonne mengurus check in hotel dengan cekatan.

“Silakan, Mr. Theofilus Lundenberg.” Ivonne memberikan kartu pass untuk masuk ke kamar.

“Thanks, Ivi.”
Ivonne tampak mengernyit ketika mendengar Theo menyebutkan ‘Ivi’. Entah mengapa.
****

Oleh: Irene Tjiunata

Ivonne(2)

Ivonne teringat nada penuh cemooh yang dilontarkan Novelita saat mengetahui bahwa Ivonne yang ditunjuk menjadi personal assistant Theofilus Lundenberg.

“Kenapa si gadis aneh itu, sih, yang dipilih jadi asisten pribadi Mr. Theofilus Lundenberg?
Malu-maluin kantor kita saja! Mending juga Ita saja, deh, yang jadi asisten Mr. Theo. Pasti akan lebih memuaskan...!” seru Ita, disambung dengan cekikikan centilnya. Ita berkata-kata dengan volume suara yang tidak dipelankan. Kentara sekali kalau dia ingin Ivonne mendengar apa yang dia katakan.

Ivonne menghela napas. Dia tahu, dia dipandang sebagai gadis aneh. Gadis yang selalu melakukan segala sesuatu tiga kali. Gadis yang terlalu perfectionist –dengan kecenderungan yang mengerikan. Gadis yang selalu dingin dan kaku, terhadap wanita dan, terutama, terhadap lelaki.

Dia sebenarnya juga tidak mau menjadi gadis aneh. Dia ingin berhenti melakukan ’ritual tiga’-nya, dia ingin menjalin relasi yang hangat dengan orang lain, dia juga ingin lebih santai. Sama seperti orang normal lainnya. Tapi... dia takut.

Dia takut, kalau tidak melakukan ’ritual tiga’, maka sesuatu yang buruk akan terjadi. Dia takut, kalau tidak selalu memeriksa apa yang dilakukan, maka kesalahan kecil akan berakibat fatal.
Dia juga takut untuk ’dekat’ dengan orang lain. Dia takut ’kedekatan’ mereka akan membahayakan hidup si lelaki. Seperti kedekatan dengan kedua orang tuanya yang menyebabkan mereka meninggal. Dia bahkan takut hanya dengan membayangkan semua itu.

Ivonne berjalan mantap ke arah mejanya. Banyak yang harus dia persiapkan untuk menyambut kedatangan Mr. Theofilus Lundenberg. Dia duduk tiga kali, menepuk punggung tangannya tiga kali, kemudian mulai melakukan tugasnya.

”Ivonne, tolong jemput Mr. Lundenberg di bandara.” Pak Darmawan menghampiri meja kerjanya.
“Sebelumnya, tolong kamu persiapkan bahan untuk meeting intern siang ini. Oh ya, nanti perlihatkan juga bahan meeting-nya kepada Mr. Lundenberg, kalau-kalau masih ada yang perlu dia tambahkan.”

“Baik, Pak Darmawan Sejati,” jawab Ivonne, mengangguk. Dia memang membiasakan diri untuk memanggil orang lain dengan nama lengkapnya. Ini adalah salah satu usahanya untuk tidak mengakrabkan diri dengan orang lain. Dia mulai mengerjakan tugas yang diberikan Pak Darmawan dan setelah semuanya siap, dia menghubungi Pak Andi, sopir kantor, dan bergegas menuju bandara.

*****
Bandara selalu ramai. Tidak pernah sepi. Ivonne berjinjit agar dapat lebih jelas memperhatikan penumpang yang berhamburan keluar. Pak Andi berdiri di sebelahnya sambil mengangkat tinggi-tinggi papan bertuliskan ’PT Kimia Utama’. Ivonne menerka-nerka dalam hatinya. Seperti apa rupa Mr. Lundenberg.

Pak Darmawan bilang, Mr. Theofilus Lundenberg adalah seorang pekerja yang perfectionist. Dia selalu serius dengan pekerjaannya. Dia selalu melakukan segala sesuatu dengan cermat dan penuh perhitungan.

Ivonne merapikan setelan biru tuanya tiga kali dan memeriksa gelung rambutnya tiga kali. Dia harus terlihat profesional dan serius untuk menyambut tamu kehormatan PT Kimia Utama.
Seorang lelaki mendekati Ivonne. Dia mengenakan polo-shirt warna kuning.

”PT Kimia Utama?” tanyanya, sambil tersenyum ramah.

Ivonne mengangguk, tampak ragu. ”Mr. Theofilus Lundenberg?”

Lelaki itu mengangguk. Dia mengulurkan tangannya. ”Panggil saja saya Theo,” ujarnya, dengan bahasa Indonesia yang sempurna.

Ivonne tidak terkejut. Pak Darmawan sudah memberi tahu bahwa walaupun Theofilus Lundenberg lahir di Australia, nenek dari pihak ibunya adalah wanita Indonesia asli. Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu yang sering digunakannya sehari-hari.

Ivonne(1)

Lima bulan yang lalu, merasa bahwa segala usahanya sia-sia, Alex mulai mendekati Sanny, anak marketing lain, yang lebih menarik, lebih hangat, lebih terbuka, dan lebih ’normal’.

Ivonne merapikan kertas-kertas di atas mejanya. Dia meletakkan tumpukan kertas itu di sebelah kiri meja. Diambilnya lagi tumpukan kertas itu, kemudian diletakkannya lagi di sebelah kiri mejanya. Dia berhenti sebentar, dan untuk ketiga kalinya, dia mengambil tumpukan kertas itu, kemudian meletakkan lagi di sebelah kiri mejanya.

Dia bangun dari kursinya, duduk lagi, bangun, duduk lagi, dan bangun untuk ketiga kalinya. Dia mengambil tasnya, menepuk punggung tangannya tiga kali, lalu keluar dari ruangan.

Kantor sudah sepi. Hanya tinggal dia sendiri yang belum pulang. Dia baru selesai membereskan meja kerjanya, sebuah pekerjaan yang melelahkan baginya. Dia harus memastikan, semua sudah benar-benar diletakkan pada tempatnya, harus membuang kertas-kertas yang tidak diperlukan, dan harus membersihkan meja kerjanya. Semua itu harus diulangi sebanyak tiga kali.
Ivonne menghela napas. Tubuhnya penat. Jam kantor seharusnya berakhir pukul lima sore. Tapi, karena dia masih harus menyelesaikan beberapa pekerjaan plus membereskan meja kerjanya, dia baru bisa meninggalkan kantor pada pukul delapan.

”Selamat malam, Bu Ivonne,” sapa penjaga kantor, mengangguk dengan sopan.
Ivonne balas mengangguk, lalu berjalan menghampiri mobilnya. Dia menepuk punggung tangannya tiga kali, membuka kunci mobil tiga kali, lalu masuk. Dia menstarter mobilnya tiga kali, kemudian meluncur pelan membelah malam Jakarta.

Sampai di rumah, ’ritual tiga’, sebutannya untuk kebiasaan melakukan segala sesuatu sebanyak tiga kali, masih berlanjut. Dia harus mandi tiga kali, keramas tiga kali, mengeringkan tubuhnya tiga kali, berpakaian tiga kali, mengunyah makan malamnya tiga puluh tiga kali, mencuci piring tiga kali, naik ke ranjang  tiga kali, dan menyelimuti dirinya tiga kali. Dia sudah lelah sekali, tapi dia masih harus membaca tiga buku sebelum tidur. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas....

*****
Mimpi itu datang lagi!
Ivonne terbangun. Napasnya tersengal. Peluh membasahi sekujur  tubuhnya. Dia menggapai jam weker di sebelahnya. Waktu baru menunjukkan pukul lima. Ivonne memejamkan mata. Berusaha mengusir bayangan silau lampu motor dan suara decitan ban dalam mimpinya. Mimpi yang sama.

Mimpi buruk yang telah dialaminya selama sepuluh tahun, sejak kematian kedua orang tuanya....
Ivonne menggeleng keras. Dia bangun dan mengenakan sandal kamarnya, semua itu diulangi sebanyak tiga kali. Walaupun masih mengantuk, dia harus bangun pagi-pagi sekali. Dia harus mempersiapkan diri sebelum berangkat ke kantor. Menyalakan kompor untuk membuat sarapan, makan, mencuci piring bekas sarapan, menyapu lantai rumah, gosok gigi, mandi, berpakaian, menggelung ketat rambutnya, dan berdandan. Semua itu harus dilakukannya sebanyak tiga kali.
Ivonne menarik napas lega ketika dia selesai memulas lipstiknya untuk ketiga kalinya. Terkadang dia merasa lelah dengan ‘ritual tiga’-nya. Terlalu menyita waktu dan energinya. Akan tetapi, dia tidak berani melanggar. Dia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi. Sesuatu yang buruk seperti kematian orang tuanya, yang menyebabkan dia kini sendirian, bukan bertiga lagi seperti dulu.

Mata Ivonne mengerjap, mengusir air mata yang hampir mengalir turun. Dia menepuk punggung tangannya tiga kali, lalu membuka pintu rumah.

Saat dia sudah berada di dalam mobilnya, waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan. Dia harus bergegas! Kemarin, Pak Darmawan Sejati, bosnya sekaligus pamannya dari pihak ibu, mengumumkan bahwa akan datang seorang technical engineering bernama Theofilus Lundenberg dari Chemical International Cooperation, kantor pusat di Australia. Rencananya, Theofilus Lundenberg akan memperkenalkan produk kimia hasil penelitian terbaru. Pak Darmawan Sejati juga menugaskan Ivonne agar menjadi asisten pribadi Theofilus Lundenberg selama dia di Jakarta.
By : Femina

Mempertanyakan (Makna) Sumpah Pemuda

Baru saja bangsa Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda yang ke-83 (28 Oktober 2011). Dimana-mana dikumandangkan tiga butir “Sumpah Pemuda” tersebut. Namun makna dari ketiga butir itu saat ini, semakin dipertanyakan penanamannya dalam jiwa para pemuda.
Kenapa harus dipertanyakan…??? Mungkin kita harus menengok lebih jauh lagi ke belakang sebelum memandang jauh ke depan. Kalau tidak mau dikatakan bahwa pemuda Indonesia sekarang ini, pemahaman dan aplikasi dari Sumpah Pemuda itu sudah tidak sakral lagi dibandingkan pada awal dikonsepnya butir-butir Sumpah Pemuda oleh para pemuda.
Saya juga sebagai sosok generasi muda, tidak melihat lagi jiwa pemuda yang sebenarnya seperti yang diinginkan pada setiap butir dari Sumpah Pemuda itu. Selain jiwa nasionalisme yang terus menerus mengalami ketidapastian, juga rasa berbangsa dan bertanah air satu semakin tidak nampak.
Ada yang beralasan, bahwa semua harapan para pejuang kira kepada kita semua akibat dotrin masa lalu yang telah menanamkan jiwa kapitalisme dalam diri pemuda. Sehingga semua tindakan dan gerakan yang akan dilakukannya terlebih dahulu memikirkan untung rugi bagi dirinya.
Dan sudah pasti, uang adalah segala-segalanya. Padahal, para pejuang kita dahulu mungkin tidak pernah berpikir atau memikirkan untung ruginya berjuang melawan penjajah meskipun harus mengorbankan jiwa raga dan harta bendanya.
Tapi kenapa generasi sekarang yang selalu mengklaim diri sebagai pejuang dan pahlawan. Walaupun, tindakannya itu belum tentu diperuntukkan bagi khalayak rakyat Indonesia atau masyarakat dilingkungannya yang berskala kecil.
Harapan kita semua, semoga peringatan Hari Sumpah Pemuda tahun 2011 ini bisa mengembalikan semangat persatuan dan kesatuan.

Sumber: Kompas

Sumpah Pemuda

Setiap tahun, kita memperingati Hari Sumpah Pemuda, dan pada tahun ini kita memperingati Hari Sumpah Pemuda yang ke-83. Hari ini kita kembali merefleksikan tentang tekad para pemuda untuk mewujudkan satu bangsa, satu tanah air, satu bahasa. Jangan sampai kita memperingati Peringatan Hari Sumpah Pemuda ini hanya rutinitas, sehingga kehilangan makna. Kita harus memaknai kembali sesuai dengan semangat sekarang tanpa kehilangan nilai-nilai dari Sumpah Pemuda itu sendiri. Itulah sebabnya, kita harus melakukan refleksi ke belakang, sekaligus kita harus mengantisipasi ke depan sejarah perjalanan bangsa dalam menghadapi tantangan baru dengan semangat nilai-nilai Sumpah Pemuda, Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila, UUD 1945, dan dan Bhineka Tunggal Ika.

Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-83 tahun ini mengangkat tema “BANGUN PEMUDA INDONESIA YANG BERJIWA WIRAUSAHA, BERDAYA SAING, DAN PEDULI SESAMA”. Tema tersebut mengandung pesan bahwa langkah menuju Indonesia yang berdaya saing dan bermartabat sangat bergantung pada karakter pemuda yang kokoh serta mengedepankan akhlak mulia di atas semangat persatuan dan kesatuan Indonesia. Karakter yang kokoh ini bercirikan semangat patriotik, jiwa nasionalis, jati diri yang mengakar, berwawasan luas, kecerdasan yang mencerahkan, kepedulian yang merekatkan, serta keteguhan untuk bersatu yang semuanya dinaungi oleh nilai-nilai Pancasila dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kamis, 13 Oktober 2011

LP Prolog


Laporan Pendahuluan

1.     Jelaskan apa yng dimaksud dengan prolog?
Jawab :
Prolog adalah bahasa pemrograman logika atau di sebut juga sebagai bahasa non-procedural. Namanya diambil dari bahasa Perancis programmation en logique (pemrograman logika). Bahasa ini diciptakan oleh Alain Colmerauer dan Robert Kowalski sekitar tahun 1972 dalam upaya untuk menciptakan suatu bahasa pemrograman yang memungkinkan pernyataan logika alih-alih rangkaian perintah untuk dijalankan komputer. Berbeda dengan bahasa pemrograman yang lain, yang menggunakan algoritma konvensionl sebagai teknik pencariannya seperti pada Delphi, Pascal, BASIC, COBOL dan bahasa pemrograman yang sejenisnya, maka prolog menggunakan teknik pencarian yang di sebut heuristik (heutistic) dengan menggunakan pohon logika.
2.     Jelaskan dan sebutkan struktur pemograman prolog?
Jawab :
1.     DOMAINS
berisi deklarasi (pernyataan) tentang jenis data yang digunakan dalam fakta dan aturan. Mirip dengan bahasa Pascal atau C.
2.     PREDICATES
PREDICATES adalah nama simbolik untuk relasi.
3.     GOAL
GOAL berisi pertanyaan yang anda ajukan kepada turbo prolog.Bagian GOAL ini hanya dituliskan menggunakan kata tunggal, karena hanya boleh ada sebuah GOAL. GOAL dapat terdiri dari beberapa SUBGOAL. Perlu diingat suatu pernyataan baik fakta, relasi atau GOAL dikatakan satu apabila diakhiri dengan tanda titik.
4.     CLAUSES (KLAUSA)
CLAUSES (KLAUSA) berisi fakta dan aturan yang membentuk keseluruhan program
3.     Buatlah program sederhana menggunakan bahasa prolog ?
Jawab :
Prolog Perulangan Segitiga Bintang

loopa(A,B):-
(A>0,
loopb(B),nl,
C is A-1,
D is B+1,
loopa(C,D);
A=0,nl).

loopb(D):-
( D>0,write('*'),
B is D-1,
loopb(B);
D=0,write('')).
menu :-
write('-------MENU-------'),nl,
write('1. Biodata'),nl,
write('2. Segitiga'),nl,
write('3. Keluar'),nl,
write('Masukkan pilihan : '), read(PIL), nl,

(PIL=1,nl,
write('------BIODATA------'),nl,
write('Nama saya : '),read(A),nl,
write('NPM saya : '),read(B),nl,
write('-------------------'),nl,
write('Nama saya : '),write(A),nl,
write('NPM saya : '),write(B),nl,

menu;
PIL=2,nl,
write('Nilai perulangan : '),read(A),loopa(A,1),

menu;
PIL=3,nl,
write('Makasih'),nl).