Melalui Festival Drama Basa Sunda (FDBS) XII, Teater Sunda Kiwari berusaha memelihara kelestarian bahasa Sunda. Pementasan drama ini akan digelar pada 12 Maret hingga 5 April mendatang di Gedung Kesenian Rumentangsiang, Bandung, Jawa Barat. Menurut Moel Mge, penasehat teknis Teater Sunda Kiwari, festival ini diharap senantiasa dapat menggambarkan kekayaan bahasa Sunda tiap daerah. Juga menambah pengetahuan dan kosakata bahasa Sunda bagi yang menontonnya. "Bahasa Sunda merupakan bahasa yang sangat kaya," tuturnya dikutip Pikiran Rakyat Online, Selasa (6/3).
Setiap daerah memiliki karakter dialek Sunda masing-masing. Dalam bahasa Sunda, kata-kata pun sarat mengandung emosi dari orang yang mengucapkan. "Bahasa Sunda yang diucapkan ketika seseorang marah sedikit lebih kasar, berbeda dengan seseorang yang sedang senang. Bahasa Sunda yang diucapkan ketika orang marah akan sedikit lebih kasar."
FDBS yang berlangsung rutin setiap dua tahun ini telah digelar sejak 1990 dan jumlah peserta selalu meningkat. Pada FDBS XI tahun 2010, tercatat 76 kelompok teater ikut serta, termasuk dari luar Jawa Barat. Hal itu menunjukkan apresiasi tinggi masyarakat, terutama kalangan generasi muda, terhadap seni teater dan bahasa Sunda.
"Tahun ini kami menargetkan jumlah peserta FDBS bisa mencapai lebih dari 76 grup," ujar Ketua Teater Sunda Kiwari, Dadi P. Danusubrata.
Pemprov Jawa Barat turut mendukung FDBS XII karena sudah memberikan kontribusi besar terhadap kelangsungan seni budaya dalam bidang bahasa, sastra, serta seni panggung. Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan menyatakan bahwa penyelenggaraan FDBS secara tidak langsung telah membantu upaya pemerintah dalam melestarikan dan menjaga nilai tradisi.
Mata rantai FDBS di satu sisi menumbuhkan tunas baru grup teater, baik di sekolah-sekolah maupun umum, juga melahirkan penulis naskah drama Sunda generasi baru. Sebagai media pembelajaran, FDBS telah menstimulasi para peserta, penulis naskah, dan penonton, untuk melakukan observasi dan kajian terhadap kekayaan budaya Sunda.
Sumber : Oleh Gloria Samantha | 06-03-2012 | http://ngi.cc/nL0 | budaya
Setiap daerah memiliki karakter dialek Sunda masing-masing. Dalam bahasa Sunda, kata-kata pun sarat mengandung emosi dari orang yang mengucapkan. "Bahasa Sunda yang diucapkan ketika seseorang marah sedikit lebih kasar, berbeda dengan seseorang yang sedang senang. Bahasa Sunda yang diucapkan ketika orang marah akan sedikit lebih kasar."
FDBS yang berlangsung rutin setiap dua tahun ini telah digelar sejak 1990 dan jumlah peserta selalu meningkat. Pada FDBS XI tahun 2010, tercatat 76 kelompok teater ikut serta, termasuk dari luar Jawa Barat. Hal itu menunjukkan apresiasi tinggi masyarakat, terutama kalangan generasi muda, terhadap seni teater dan bahasa Sunda.
"Tahun ini kami menargetkan jumlah peserta FDBS bisa mencapai lebih dari 76 grup," ujar Ketua Teater Sunda Kiwari, Dadi P. Danusubrata.
Pemprov Jawa Barat turut mendukung FDBS XII karena sudah memberikan kontribusi besar terhadap kelangsungan seni budaya dalam bidang bahasa, sastra, serta seni panggung. Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan menyatakan bahwa penyelenggaraan FDBS secara tidak langsung telah membantu upaya pemerintah dalam melestarikan dan menjaga nilai tradisi.
Mata rantai FDBS di satu sisi menumbuhkan tunas baru grup teater, baik di sekolah-sekolah maupun umum, juga melahirkan penulis naskah drama Sunda generasi baru. Sebagai media pembelajaran, FDBS telah menstimulasi para peserta, penulis naskah, dan penonton, untuk melakukan observasi dan kajian terhadap kekayaan budaya Sunda.
Sumber : Oleh Gloria Samantha | 06-03-2012 | http://ngi.cc/nL0 | budaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar