”Selamat datang Mr. Theofilus Lundenberg. Saya Ivonne Christabelle, personal assistant Anda selama berada di Jakarta,” ujarnya, dengan gaya profesional.
”Hai, Ivi...,” sapanya, masih tetap sambil tersenyum ramah.
Ivonne mengernyit. Tidak suka dengan nama panggilan yang didengarnya. Itu panggilan kesayangan Ivonne. Panggilan khusus orang tuanya....
Ivonne menahan diri untuk tidak berkomentar. Bagaimanapun, Theofilus Lundenberg adalah bosnya. Setidaknya, selama dia berada di Jakarta. Dan, seorang bos sebaiknya tidak dibantah.
”Silakan, Mr Theofilus Lundenberg. Lewat sini...,” Ivonne memimpin jalan menuju tempat parkir.
”Panas sekali, ya, Jakarta,” kata Theo, sambil mengipas-ngipas. ”Sudah lama saya tidak ke Jakarta. Seingat saya, terakhir kali saya ke sini adalah dua tahun yang lalu. Mengunjungi nenek saya.” Theo tersenyum.
Ivonne hanya tersenyum tipis. Berusaha tetap terlihat profesional.
“Saya ingin check in di hotel sebentar. Hanya untuk menaruh barang bawaan saja. Kamu bawa bahan untuk meeting nanti, Ivi?”
Ivonne mengernyit lagi, panggilan itu! Perlahan –berusaha agar tidak terlalu kentara– dia menepuk punggung tangannya tiga kali, lalu mengeluarkan bahan meeting untuk siang nanti.
“Ini bahannya, Mr. Theofilus Lundenberg.”
“Just call me, Theo,” ujarnya. Suasana sejenak hening. Theo tampak serius mempelajari bahan meeting.
Ivonne diam-diam menarik napas lega. Lega karena Theo tampak serius membaca dan untuk beberapa waktu tidak akan bercakap-cakap dengannya.
*****
Theo tersenyum kecil. Hanya butuh waktu sebentar untuk mempelajari bahan meeting siang nanti. Diam-diam dia memperhatikan gadis berpakaian gelap di sebelahnya. Wajahnya cantik, hanya tampak jarang tersenyum. Rambutnya digelung ketat. Bahasa tubuhnya tampak kaku dan konservatif. Selama dia mempelajari bahan meeting, gadis ini mengarahkan pandangannya ke luar jendela. Tampak lega. Tadi, dia sempat menangkap gerakan kecil gadis itu ketika menepuk punggung tangannya tiga kali.
Pak Darmawan Sejati, CEO PT Kimia Utama, sudah mengatakan bahwa yang akan menjadi asisten pribadinya selama dia berada di Jakarta, adalah seorang gadis yang teliti, cekatan, dan profesional. Hmm... Pak Darmawan tidak mengatakan bahwa asisten pribadi ini juga cantik dan... pendiam.
Mobil meluncur pelan, membelah jalan Jakarta yang sudah mulai padat. Empat hari lamanya Theo akan berada di Jakarta. Mensosialisasikan produk kimia terbaru keluaran Chemical International Coorporation. Dia juga akan berkeliling, menemani sales engineering dari PT Kimia Utama, menyambangi customer dari PT Kimia Utama. Dia sangat bersemangat menerima tugas ke Jakarta. Kota kelahiran Oma Rima, neneknya. Kalau ada waktu, dia akan berkunjung ke rumah Oma Rima. Sudah lama sekali dia tidak bertatap muka dengan nenek tersayangnya itu.
Mobil berbelok, masuk ke sebuah hotel.
“Sudah sampai, Mr. Theofilus Lundenberg,” suara Ivonne membuyarkan lamunannya.
Theo tersenyum, merespons perkataan Ivonne. Dia memperhatikan gadis itu mengetukkan ujung kakinya cepat-cepat sebelum melangkah keluar. Tuk tuk tuk. Tiga kali.
Aneh...
Ivonne mengurus check in hotel dengan cekatan.
“Silakan, Mr. Theofilus Lundenberg.” Ivonne memberikan kartu pass untuk masuk ke kamar.
“Thanks, Ivi.”
Ivonne tampak mengernyit ketika mendengar Theo menyebutkan ‘Ivi’. Entah mengapa.
****
Oleh: Irene Tjiunata
”Hai, Ivi...,” sapanya, masih tetap sambil tersenyum ramah.
Ivonne mengernyit. Tidak suka dengan nama panggilan yang didengarnya. Itu panggilan kesayangan Ivonne. Panggilan khusus orang tuanya....
Ivonne menahan diri untuk tidak berkomentar. Bagaimanapun, Theofilus Lundenberg adalah bosnya. Setidaknya, selama dia berada di Jakarta. Dan, seorang bos sebaiknya tidak dibantah.
”Silakan, Mr Theofilus Lundenberg. Lewat sini...,” Ivonne memimpin jalan menuju tempat parkir.
”Panas sekali, ya, Jakarta,” kata Theo, sambil mengipas-ngipas. ”Sudah lama saya tidak ke Jakarta. Seingat saya, terakhir kali saya ke sini adalah dua tahun yang lalu. Mengunjungi nenek saya.” Theo tersenyum.
Ivonne hanya tersenyum tipis. Berusaha tetap terlihat profesional.
“Saya ingin check in di hotel sebentar. Hanya untuk menaruh barang bawaan saja. Kamu bawa bahan untuk meeting nanti, Ivi?”
Ivonne mengernyit lagi, panggilan itu! Perlahan –berusaha agar tidak terlalu kentara– dia menepuk punggung tangannya tiga kali, lalu mengeluarkan bahan meeting untuk siang nanti.
“Ini bahannya, Mr. Theofilus Lundenberg.”
“Just call me, Theo,” ujarnya. Suasana sejenak hening. Theo tampak serius mempelajari bahan meeting.
Ivonne diam-diam menarik napas lega. Lega karena Theo tampak serius membaca dan untuk beberapa waktu tidak akan bercakap-cakap dengannya.
*****
Theo tersenyum kecil. Hanya butuh waktu sebentar untuk mempelajari bahan meeting siang nanti. Diam-diam dia memperhatikan gadis berpakaian gelap di sebelahnya. Wajahnya cantik, hanya tampak jarang tersenyum. Rambutnya digelung ketat. Bahasa tubuhnya tampak kaku dan konservatif. Selama dia mempelajari bahan meeting, gadis ini mengarahkan pandangannya ke luar jendela. Tampak lega. Tadi, dia sempat menangkap gerakan kecil gadis itu ketika menepuk punggung tangannya tiga kali.
Pak Darmawan Sejati, CEO PT Kimia Utama, sudah mengatakan bahwa yang akan menjadi asisten pribadinya selama dia berada di Jakarta, adalah seorang gadis yang teliti, cekatan, dan profesional. Hmm... Pak Darmawan tidak mengatakan bahwa asisten pribadi ini juga cantik dan... pendiam.
Mobil meluncur pelan, membelah jalan Jakarta yang sudah mulai padat. Empat hari lamanya Theo akan berada di Jakarta. Mensosialisasikan produk kimia terbaru keluaran Chemical International Coorporation. Dia juga akan berkeliling, menemani sales engineering dari PT Kimia Utama, menyambangi customer dari PT Kimia Utama. Dia sangat bersemangat menerima tugas ke Jakarta. Kota kelahiran Oma Rima, neneknya. Kalau ada waktu, dia akan berkunjung ke rumah Oma Rima. Sudah lama sekali dia tidak bertatap muka dengan nenek tersayangnya itu.
Mobil berbelok, masuk ke sebuah hotel.
“Sudah sampai, Mr. Theofilus Lundenberg,” suara Ivonne membuyarkan lamunannya.
Theo tersenyum, merespons perkataan Ivonne. Dia memperhatikan gadis itu mengetukkan ujung kakinya cepat-cepat sebelum melangkah keluar. Tuk tuk tuk. Tiga kali.
Aneh...
Ivonne mengurus check in hotel dengan cekatan.
“Silakan, Mr. Theofilus Lundenberg.” Ivonne memberikan kartu pass untuk masuk ke kamar.
“Thanks, Ivi.”
Ivonne tampak mengernyit ketika mendengar Theo menyebutkan ‘Ivi’. Entah mengapa.
****
Oleh: Irene Tjiunata